Malam pun semakin larut, Toni pun belum bisa tidur. Dia memikirkan
tentang lomba yang akan diikutinya besok pagi.
“ Arg.. sudah selarut gini masih nggak bisa tidur. Gimana besok ada
lomba lagi,” ujar Toni kesal. Toni pun baru bisa tidur jam 12.30.
Toni adalah seorang mahasiswa yang belajar di salah satu
universitas di Jakarta. Dia memilih Fakultas Tehnik, dan dia akan berlomba
merakit robot besok pagi. Toni terpilih mewakili universitasnya karena dia
lolos seleksi yang diadakan untuk lomba
itu di kampusnya.
Keesokan paginya Toni pun bangun tepat waktu dan me-SMS teman satu
tim nya agar semangat. Teman satu tim nya yaitu Doni, Riky, dan Ramses. Mereka
semua adalah senior Toni, dan beruntunglah Toni karena mengalahkan peserta
seangkatannya. Setelah itu Doni langsung mandi, sarapan dan berangkat ke kampus.
Dia sudah ditunggu oleh tim dan pembimbingnya untuk berangkat bersama. Mereka
pun berdoa terlebih dahulu agar perlombaan tersebut lancar.
Sesampainya di gedung tempat mereka berlomba, mereka tercengang
karena banyak universitas yang mengikuti perlombaan itu. Toni pun baru pertama
kali mengikuti lomba tersebut.
“ Mudah-mudahan aku tidak gugup merakit robot” ujar Toni kepada Doni.
“ Semangat Bro” Doni pun menyemangati Toni.
Tak lama kemudian perlombaan itu dimulai, dan mereka meneriakkan
kata
“MENANG”
Mereka langsung mengambil bagian-bagian robot yang akan dirakit
lalu meletakkanya di atas meja mereka. Mereka membagi tugas agar lebih mudah, Toni
dan Doni bertugas membuat tangan dan kaki robot, sedangkan Riky dan Ramses
membuat badan robot.
“ Ayo-ayo, semangat” ujar Riky memberi semangat pada tim nya.
Mereka saling bekerja sama dalam membuat robot. Toni dan Doni pun
membagi pekerjaan, Doni mengerjakan tangan dan Toni mengerjakan kaki.
“ Semangat Ton” Doni menyemangati Toni. Toni pun membalas dengan
anggukan kepala.
Tak selang beberapa lama, Toni pun sedikit kebingungan dan tambah
kebingungan karena bahan yang disediaakan untuk membuat kaki robot itu berbeda
dengan yang diajarkan oleh pembimbingnya di kampus seperti biasa. Toni pun
berpikir lama dan mencoba merakit kaki robot tersebut. Mulai dari yang mudah
sampai yang sulit, tapi tetap saja dia kebingungan. Dia melihat Doni merakit
dengan mudahnya dan menanyakannya kepada
Doni yang sedang merakit tangan robot secara serius,
“Don, gimana rakitnya nih?” tanya Toni, tetapi malah dihiraukan
oleh Doni. Toni pun tambah bingung. Dia menanyakan kepada Riky dan Ramses.
“ Ky, rakit kaki ini gimana?” tanya Toni pada Riky.
“Sebentar, masih serius nih.” Ujar Riky kepada Toni.
Keringat dingin pun mulai keluar dari tubuh Toni. Dia takut kalah
akibat kecerobohannya yang tidak bisa membuat kaki robot, dia tambah putus asa
dan menahan tangis hingga sesak napasnya. Melihat Toni yang sudah mau menyerah,
Doni pun meluangkan waktunya untuk Toni.
“Kenapa Ton?.” Tanya Doni
“ Nggak bisa nih aku. Maaf telah mengecewakan kalian.” Balas Toni
sedikit sedih.
Doni pun terhentak kaget, dan berkata “ Kamu mau menyerah? Percuma
kamu ikut latihan dua bulan untuk ini.”
Toni pun merenungkan kata-kata itu dan semangatnya mulai kembali
walaupun sedikit. Doni melihat cara merakit kaki itu.
“Struktur kaki robot ini seperti yang sudah diajarkan saat pertama,
Kamu pun bingung pada saat itu, cuman
ini bahannya tidak sama” terang Doni kepada Toni.
Toni pun berpikir sejenak merenungkan kata-kata itu dan mengingat
apa yang diajarkannya pertama kalinya. Dia pun mulai menemukan titik terang.
Toni berterimakasih lalu Doni kembali
mengerjakan tangan robotnya. Dia mulai melihat bahan dan sruktur robot
tersebut, dan dia mulai mengerjakan sedikit demi sedikit. Satu jam pun berlalu,
tetapi mereka masih mengerjakan tugasnya masing-masing dan belum merakit
menjadi satu. Sedangkan waktu tinggal tiga jam lagi.
Doni yang sudah selesai mengerjakan tangan membantu Toni yang baru
menyelesaikan satu kaki robot.
“Sini ku bantu” ujar Doni memberi bantuan.
“Oke. Makasih sebelumnya” jawab Toni, dan Doni hanya tersenyum
membalas.
Mereka berdua bekerja secara kompak dalam mengerjakan kaki itu.
Riky dan Ramses menemukan hal yang sedikit sulit, yaitu merangkai kabel lampu
untuk menggerakan kaki, tangan dan kepala robot. Tapi hal tersebut sudah bisa
dikendalikan dan bisa diatasi.
Toni dan Doni sudah menyelesaikan tangan dan kaki robot, dan mereka
pun mulai membantu Riky dan Ramses. Mereka melupakan satu hal, yaitu kepala
robot. Tidak ada yang merakit kepala robot sehingga mereka kerepotan sedangkan
waktu kurang satu setengah jam lagi.
“ Woe, kepala robot siapa yang bikin? Gak ada?” tanya Ramses.
“ ow ya. Ayo Ton kerjakan bersama” pinta Doni.
Mereka berupaya profesional agar tidak terlalu kerepotan dan
mengerjakan dengan santai agar pekerjaan nya bagus dan tidak ada cedera
sedikitpun. Semua bagianpun sudah dirakit dan siap untuk dijadikan satu.
Berhati- hati mereka memasang kaki, tangan dan kepala robot. Dicoba dipasang
dan digerakan lalu dibongkar kembali karena ada yang kurang, seterusnya mereka
melakukan itu sampai selesai dan sempurna dengan 15 menit waktu tersisa.
“Akhirnya selesai juga. Mudah –mudahan kita menang” kata Ramses.
“Amin” Doni, Toni dan Riky pun menjawab serentak.
Waktu lomba pun selesai dan satu demi satu peserta dan robotnya
masuk ke dalam ruangan untuk mempresentasikan robot mereka. Giliran kelompok Toni
yang masuk, mereka mempresentasikan kepada para juri mengenai hasil mereka.
Mereka sedikit gugup karena peristiwa yang menimpa mereka tadi. Mereka pun
keluar dan beristirahat sambil berdoa menunggu hasil para juri.
Para peserta berkumpul kembali di aula besar untuk mendengarkan
sambutan dan hasil mereka. Tiba waktu pembacaan urutan para juara yang dimulai
dari 10 dan mengarah ke urutan ke-tiga.
“Koq kelompok kita gak disebut-sebut ya? Apa kita kalah?” tanya
Toni
“Jangan gitu, berdoa saja” jawab Riky sambil berdoa.
Tim Toni pun mulai gugup, dan ternyata kelompoknya tidak disebutkan
juga. Lalu urutan ke-dua disebut, lagi-lagi kelompok mereka tidak disebut.
Merekapun mulai gugup dan putus asa. Urutan pertama pun disebut, dan ternyata
kelompok Toni lah yang juara. Mereka kaget dan senang sekali atas kemenangan
mereka dan peristiwa yang menimpa mereka tadi sekejap hilang. Lalu mereka
berjalan kearah podium untuk mengangkat piala dan juga penghargaan. Tidak
henti-hentinya mereka bersyukur, sampai-sampai mereka menitihkan air mata
karena terlalu gembira.
“Kita menang Don” kata Toni.
“Iya, kita emang menang” jawab Doni.
Untuk Toni ini adalah hal
terindah yang dilakukannya untuk universitasnya. Dan Toni merasa tidak akan
putus asa dalam meraih impiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar