Rabu, 20 Februari 2013

semangat meraih mimpi


Malam pun semakin larut, Toni pun belum bisa tidur. Dia memikirkan tentang lomba yang akan diikutinya besok pagi.
“ Arg.. sudah selarut gini masih nggak bisa tidur. Gimana besok ada lomba lagi,” ujar Toni kesal. Toni pun baru bisa tidur jam 12.30.
Toni adalah seorang mahasiswa yang belajar di salah satu universitas di Jakarta. Dia memilih Fakultas Tehnik, dan dia akan berlomba merakit robot besok pagi. Toni terpilih mewakili universitasnya karena dia lolos seleksi yang diadakan  untuk lomba itu di kampusnya.
Keesokan paginya Toni pun bangun tepat waktu dan me-SMS teman satu tim nya agar semangat. Teman satu tim nya yaitu Doni, Riky, dan Ramses. Mereka semua adalah senior Toni, dan beruntunglah Toni karena mengalahkan peserta seangkatannya. Setelah itu Doni langsung mandi, sarapan dan berangkat ke kampus. Dia sudah ditunggu oleh tim dan pembimbingnya untuk berangkat bersama. Mereka pun berdoa terlebih dahulu agar perlombaan tersebut lancar.
Sesampainya di gedung tempat mereka berlomba, mereka tercengang karena banyak universitas yang mengikuti perlombaan itu. Toni pun baru pertama kali mengikuti lomba tersebut.
“ Mudah-mudahan aku tidak gugup merakit robot” ujar Toni kepada Doni.
“ Semangat Bro” Doni pun menyemangati Toni.
Tak lama kemudian perlombaan itu dimulai, dan mereka meneriakkan kata
“MENANG”
Mereka langsung mengambil bagian-bagian robot yang akan dirakit lalu meletakkanya di atas meja mereka. Mereka membagi tugas agar lebih mudah, Toni dan Doni bertugas membuat tangan dan kaki robot, sedangkan Riky dan Ramses membuat badan robot.
“ Ayo-ayo, semangat” ujar Riky memberi semangat pada tim nya.
Mereka saling bekerja sama dalam membuat robot. Toni dan Doni pun membagi pekerjaan, Doni mengerjakan tangan dan Toni mengerjakan kaki.
“ Semangat Ton” Doni menyemangati Toni. Toni pun membalas dengan anggukan kepala.
Tak selang beberapa lama, Toni pun sedikit kebingungan dan tambah kebingungan karena bahan yang disediaakan untuk membuat kaki robot itu berbeda dengan yang diajarkan oleh pembimbingnya di kampus seperti biasa. Toni pun berpikir lama dan mencoba merakit kaki robot tersebut. Mulai dari yang mudah sampai yang sulit, tapi tetap saja dia kebingungan. Dia melihat Doni merakit dengan mudahnya dan  menanyakannya kepada Doni yang sedang merakit tangan robot secara serius,
“Don, gimana rakitnya nih?” tanya Toni, tetapi malah dihiraukan oleh Doni. Toni pun tambah bingung. Dia menanyakan kepada Riky dan Ramses.
“ Ky, rakit kaki ini gimana?” tanya Toni pada Riky.
“Sebentar, masih serius nih.” Ujar Riky kepada Toni.
Keringat dingin pun mulai keluar dari tubuh Toni. Dia takut kalah akibat kecerobohannya yang tidak bisa membuat kaki robot, dia tambah putus asa dan menahan tangis hingga sesak napasnya. Melihat Toni yang sudah mau menyerah, Doni pun meluangkan waktunya untuk Toni.
“Kenapa Ton?.” Tanya Doni
“ Nggak bisa nih aku. Maaf telah mengecewakan kalian.” Balas Toni sedikit sedih.
Doni pun terhentak kaget, dan berkata “ Kamu mau menyerah? Percuma kamu ikut latihan dua bulan untuk ini.”
Toni pun merenungkan kata-kata itu dan semangatnya mulai kembali walaupun sedikit. Doni melihat cara merakit kaki itu.
“Struktur kaki robot ini seperti yang sudah diajarkan saat pertama, Kamu  pun bingung pada saat itu, cuman ini bahannya tidak sama” terang Doni kepada Toni.
Toni pun berpikir sejenak merenungkan kata-kata itu dan mengingat apa yang diajarkannya pertama kalinya. Dia pun mulai menemukan titik terang. Toni  berterimakasih lalu Doni kembali mengerjakan tangan robotnya. Dia mulai melihat bahan dan sruktur robot tersebut, dan dia mulai mengerjakan sedikit demi sedikit. Satu jam pun berlalu, tetapi mereka masih mengerjakan tugasnya masing-masing dan belum merakit menjadi satu. Sedangkan waktu tinggal tiga jam lagi.
Doni yang sudah selesai mengerjakan tangan membantu Toni yang baru menyelesaikan satu kaki robot.
“Sini ku bantu” ujar Doni memberi bantuan.
“Oke. Makasih sebelumnya” jawab Toni, dan Doni hanya tersenyum membalas.
Mereka berdua bekerja secara kompak dalam mengerjakan kaki itu. Riky dan Ramses menemukan hal yang sedikit sulit, yaitu merangkai kabel lampu untuk menggerakan kaki, tangan dan kepala robot. Tapi hal tersebut sudah bisa dikendalikan dan bisa diatasi.
Toni dan Doni sudah menyelesaikan tangan dan kaki robot, dan mereka pun mulai membantu Riky dan Ramses. Mereka melupakan satu hal, yaitu kepala robot. Tidak ada yang merakit kepala robot sehingga mereka kerepotan sedangkan waktu kurang satu setengah jam lagi.
“ Woe, kepala robot siapa yang bikin? Gak ada?” tanya Ramses.
“ ow ya. Ayo Ton kerjakan bersama” pinta Doni.
Mereka berupaya profesional agar tidak terlalu kerepotan dan mengerjakan dengan santai agar pekerjaan nya bagus dan tidak ada cedera sedikitpun. Semua bagianpun sudah dirakit dan siap untuk dijadikan satu. Berhati- hati mereka memasang kaki, tangan dan kepala robot. Dicoba dipasang dan digerakan lalu dibongkar kembali karena ada yang kurang, seterusnya mereka melakukan itu sampai selesai dan sempurna dengan 15 menit waktu tersisa.
“Akhirnya selesai juga. Mudah –mudahan kita menang” kata Ramses.
“Amin” Doni, Toni dan Riky pun menjawab serentak.
Waktu lomba pun selesai dan satu demi satu peserta dan robotnya masuk ke dalam ruangan untuk mempresentasikan robot mereka. Giliran kelompok Toni yang masuk, mereka mempresentasikan kepada para juri mengenai hasil mereka. Mereka sedikit gugup karena peristiwa yang menimpa mereka tadi. Mereka pun keluar dan beristirahat sambil berdoa menunggu hasil para juri.
Para peserta berkumpul kembali di aula besar untuk mendengarkan sambutan dan hasil mereka. Tiba waktu pembacaan urutan para juara yang dimulai dari 10 dan mengarah ke urutan ke-tiga.
“Koq kelompok kita gak disebut-sebut ya? Apa kita kalah?” tanya Toni
“Jangan gitu, berdoa saja” jawab Riky sambil berdoa.
Tim Toni pun mulai gugup, dan ternyata kelompoknya tidak disebutkan juga. Lalu urutan ke-dua disebut, lagi-lagi kelompok mereka tidak disebut. Merekapun mulai gugup dan putus asa. Urutan pertama pun disebut, dan ternyata kelompok Toni lah yang juara. Mereka kaget dan senang sekali atas kemenangan mereka dan peristiwa yang menimpa mereka tadi sekejap hilang. Lalu mereka berjalan kearah podium untuk mengangkat piala dan juga penghargaan. Tidak henti-hentinya mereka bersyukur, sampai-sampai mereka menitihkan air mata karena terlalu gembira.
“Kita menang Don” kata Toni.
“Iya, kita emang menang” jawab Doni.
 Untuk Toni ini adalah hal terindah yang dilakukannya untuk universitasnya. Dan Toni merasa tidak akan putus asa dalam meraih impiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar