Sabtu, 22 Februari 2014

Pemeliharaan TM Kelapa

PEMELIHARAAN TBM
KELAPA

Rekan kerja        : Rahmah Budhi N.H         J3T212131
  Siti MayaAdriariny        J3T112018
  Suci    Ramadanti            J3T112060
  Pambudi Adhe.P            J3T412108
  Petrus                 J3T412112
  Leonardo T             J3T412119

Kelompok         : 2 B/ P2





Pro


Budidaya Tanaman Perkebunan Utama

Teknologi Manajemen Produksi Perkebunan
Direktorat Program Diploma
Institut Pertanian Bogor
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LatarBelakang
             Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa negara  non migas sehingga memiliki prospek yang cerah . Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas dilakukan dalam bidang teknik budidaya. Perbanyakan karet (Hevea brasiliensis) ada dua macam yaitu melalui generatif  (perbanyakan dengan benih) dan secara vegetatif ( dengan teknik okulasi).
              Sedangkan kelemahannnya ketidaknormalan tanaman karena tidak serasi antara batang atas dengan batang bawah, dan jika salah satu syarat dalam okulasi tidak terpenuhi maka kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh besar.
              Bibit okulasi dari dua klon yang berbeda antara batang atas (entres) dan batang bawah dengan sifat unggul yang berbeda juga. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan tanaman dari sifat unggul klonnya yaitu produktifitas tinggi dengan umur ekonomis yang panjang.
1.2 Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan batang bawah dan batang atas siap okulasi , melaksanakan pekerjaan okulasi dan menentukan jumlah tenaga kerja serta waktunya untuk okulasi.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
    Tanaman karet (Hevea brasiliensis) mulai dikenal di indonesia sejak zaman penjajahan belanda. Awalnya , tanaman karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Selanjutnya dikembangkan sebagai tanaman perkebunan yang tersebar dibeberapa daerah diindonesia.
Secara sistematis klasifikasi tanaman kelapa sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angisospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brasiliensis
(Suwarto, 2012)
    Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.


Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masaTBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun karet mengacu pada teknik budidaya karet dengan tahapan sebagai berikut :
A. Persyaratan Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh     optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan     laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
- Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th. ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa curah hujan optimal 2.500 mm     s/d 4.000 mm/tahun dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan     pada pagi hari, produksi akan berkurang.
- Bulan kering kurang dari 3 bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
 Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
- Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.
- pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0.
- Drainase tanah sedang.
Klon-klon Karet Rekomendasi
            Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon- klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.
Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260
Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,         112, IRR 118
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditanam, dengan memperhatikan         kondisi agroekosistem, sistem pengelolaan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon tersebut. (http://www.htysite.com/budidaya)



















BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum Tanaman Perkebunan Utama dilaksanakan pada :
Hari        :  Selasa,tanggal 25 November 2013
Tempat    : Kebun percobaan CikabayanKampus IPB Dramaga.

3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan meliputi :Pisau Okulasi
Bahan yang digunakan adalah  ; Plastik pembungkus
3.3 METODE
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah pemeliharaan dan pemupukan tanaman kelapa. pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma pada bokoran tanaman kelapa dengan radius 1 m. Memotong daun yang telah kering dengan gunting stek. Pada pembersihan gulma ini menggunakan kriteria babat merah. Setelah itu, dilakukan peupukan dengan cara alur melingkar. Urea dialur dengan radius 0,5 m dari tanaman pokok, sedangkan KCL dan SP-18 dialur dengan radius 1 m dari tanaman pokok. Kemudian tutup dengan tanah agar tidak terjadi penguapan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penyelesaian pelaksanaan pengendalian gulma di piringan memerlukan HOK : …..
Diketahui waktu kerja dari pukul10.00 – 11.00( 1 jam )
Jumlah pekerja sebanyak 6 orang
Jadi HOK = jam penyelesaian x jumlahpekerja x 1 HOK/7 jam
HOK = 1 jam x 6 orang x 1 HOK/7 jam
        = 0,85 HK
4.2 Pembahasan
Pemeliharaan TBM sangat penting karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedepannya. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengendalian gulma pada piringan TBM 2 kelapa cukup singkat. Hal ini terjadi karena peralatan yang tersedia untuk tiap personil untuk masing-masing  kelompok sangatlah memadai.
Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan secara intensif. Hal ini dilaksanakan untuk mengurangi tingkat kompetisi gulma terhadap tanaman pokok dalam pemanfaatann unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh serta memudahkan pengontrolan pekerjaan  dan juga menekan populasi hama dan penyakit.Pada kegiatan pengendalian gulma, kriteria yang umum digunakan adalah : (1) W0, areal bersih gulma dan LCC, yaitu piringan dan jalan, (2) W1, Murni LCC, pada gawangan sampai ke-2 TM, dan (3) W2, aeal hanya boleh tumbuh LCC dan rumput lunak.
Kriteria ini adalah untuk dapat mengidentifikasi serta mengetahui areal mana perlu dibersihkan dari gulma dan areal mana yang tidak perlu dibersihkan dari gulma.
Pengendalian gulma di perkebunan dapa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya ;
•    Pengendalian  mekanis
•    Pengendalian kultur teknis,fisis , biologis , kimia dan terpadu.
Pada areal perkebunan kelapa, umumnya dengan cara mekanis dan kimia.Sebelum dilakukan pengendalian terlebih dahulu dilaksanakan identifikasi gulma. Pada praktikum kali ini pengendaaliaan dilakukan secara manual pada TBM 2. Yaitu piringan dan gawangan dengan jari – jari maksimal  1 m dari pokok. Alat yang digunakan untuk pengendalian yaitu cangkul, golok, kored dan sabit.
Terdapat beberapa jenis gulma pada areal piringan :
Imperata cylindrica (alang-alang, golongan rumput),
Pennisetum polystachyon (rumput),
Cynodon dactylon(rumput)
Borreria alata (daun lebar)
Widelia biflora, Cecabean, Cromolena odorata, Commelina difusa, Juwet jampang, Perata silindrica, Acsonopus compesus, Micania micanta
Identifikasi gulma pada tanaman kelapa  bertujuan mengetahui tindakan selanjutnya dalam melakukan tindakan pengedalian yang tepat dilaksanakan sesuai situasi yang ada. Apabila dilihat dari kriteria area yang harus bebas ataupun boleh terdapat gulma, areal piringan merupakan salah satu areal yang harus bebas dari gulma dan LCC.Namun, pada areal praktikum ini,terdapat beberapa gulma baik jenis rumput atau daun lebar. Oleh sebab itu, penegndalian harus dilakukan terhadap gulma agar penurunan produksi pada TM nanti tidak besar.
Gulma pada TBM sangan merugikan. Beberapa kerugian yaitu ; pertumbuhan tanaman kelapat muda terhambat dan mengakibatkan biaya pemeliharaan meningkat,  menyulitkan kegiatan operasional (pemupukan), ancaman bahaya kebakaran saat musim kemarau.
Piringan (circle weeding) yaitu daerah yang berada disekitar pokok kelapa sawit berbentuk lingkaran.Diameter atau jari-jari berbeda tergantung dari umur tanaman. Tujuan adanya piringan pada tanaman kelapa  yaitu untuk memudahkan pemeliharaan (pemupukan) yang termasuk dalam kegita operasional  serta mencegah adananya hama dan penyakit tanaman.Oleh sebab itu areal ini tidak boleh adanya gulma dan LCC (criteria W0) yang akan mengganggu kegiatan pemupukan dan dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit. Sedangkan utuk areal gawangan menerapkan criteria w1 dan w2 untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari dengan tanaman kelapa, mempermudah control pekerjaan dari satu gawangn ke gawangan lain, serta menekan perkembangan populasi hama.

4.3 KESIMPULAN
Pemupukan tanaman kelapa diaplikasikan dengan cara menaburkan pupuk melingkar mengelilingi bongkoran tanaman kelapa. Aplikasi pupuk N sebaiknya tidak dicampur dengan pupuk P dan K agar semua pupuk dapat diserap tanaman kelapa secara maksimal.




DAFTAR PUSTAKA

Kaat, H., D. Allorerung, dan A. Ilat. 1993. Status Hara Dan Pemupukan Kelapa Rakyat Di Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2097961-kandungan-pupuk-tanaman-kelapa




Tidak ada komentar:

Posting Komentar