Sabtu, 22 Februari 2014

Pemeliharaan TM Kelapa

PEMELIHARAAN TBM
KELAPA

Rekan kerja        : Rahmah Budhi N.H         J3T212131
  Siti MayaAdriariny        J3T112018
  Suci    Ramadanti            J3T112060
  Pambudi Adhe.P            J3T412108
  Petrus                 J3T412112
  Leonardo T             J3T412119

Kelompok         : 2 B/ P2





Pro


Budidaya Tanaman Perkebunan Utama

Teknologi Manajemen Produksi Perkebunan
Direktorat Program Diploma
Institut Pertanian Bogor
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LatarBelakang
             Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa negara  non migas sehingga memiliki prospek yang cerah . Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas dilakukan dalam bidang teknik budidaya. Perbanyakan karet (Hevea brasiliensis) ada dua macam yaitu melalui generatif  (perbanyakan dengan benih) dan secara vegetatif ( dengan teknik okulasi).
              Sedangkan kelemahannnya ketidaknormalan tanaman karena tidak serasi antara batang atas dengan batang bawah, dan jika salah satu syarat dalam okulasi tidak terpenuhi maka kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh besar.
              Bibit okulasi dari dua klon yang berbeda antara batang atas (entres) dan batang bawah dengan sifat unggul yang berbeda juga. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan tanaman dari sifat unggul klonnya yaitu produktifitas tinggi dengan umur ekonomis yang panjang.
1.2 Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan batang bawah dan batang atas siap okulasi , melaksanakan pekerjaan okulasi dan menentukan jumlah tenaga kerja serta waktunya untuk okulasi.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
    Tanaman karet (Hevea brasiliensis) mulai dikenal di indonesia sejak zaman penjajahan belanda. Awalnya , tanaman karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Selanjutnya dikembangkan sebagai tanaman perkebunan yang tersebar dibeberapa daerah diindonesia.
Secara sistematis klasifikasi tanaman kelapa sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angisospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brasiliensis
(Suwarto, 2012)
    Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.


Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masaTBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun karet mengacu pada teknik budidaya karet dengan tahapan sebagai berikut :
A. Persyaratan Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh     optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan     laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
- Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th. ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa curah hujan optimal 2.500 mm     s/d 4.000 mm/tahun dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan     pada pagi hari, produksi akan berkurang.
- Bulan kering kurang dari 3 bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
 Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
- Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.
- pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0.
- Drainase tanah sedang.
Klon-klon Karet Rekomendasi
            Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon- klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.
Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260
Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,         112, IRR 118
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditanam, dengan memperhatikan         kondisi agroekosistem, sistem pengelolaan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon tersebut. (http://www.htysite.com/budidaya)



















BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum Tanaman Perkebunan Utama dilaksanakan pada :
Hari        :  Selasa,tanggal 25 November 2013
Tempat    : Kebun percobaan CikabayanKampus IPB Dramaga.

3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan meliputi :Pisau Okulasi
Bahan yang digunakan adalah  ; Plastik pembungkus
3.3 METODE
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah pemeliharaan dan pemupukan tanaman kelapa. pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma pada bokoran tanaman kelapa dengan radius 1 m. Memotong daun yang telah kering dengan gunting stek. Pada pembersihan gulma ini menggunakan kriteria babat merah. Setelah itu, dilakukan peupukan dengan cara alur melingkar. Urea dialur dengan radius 0,5 m dari tanaman pokok, sedangkan KCL dan SP-18 dialur dengan radius 1 m dari tanaman pokok. Kemudian tutup dengan tanah agar tidak terjadi penguapan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penyelesaian pelaksanaan pengendalian gulma di piringan memerlukan HOK : …..
Diketahui waktu kerja dari pukul10.00 – 11.00( 1 jam )
Jumlah pekerja sebanyak 6 orang
Jadi HOK = jam penyelesaian x jumlahpekerja x 1 HOK/7 jam
HOK = 1 jam x 6 orang x 1 HOK/7 jam
        = 0,85 HK
4.2 Pembahasan
Pemeliharaan TBM sangat penting karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedepannya. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengendalian gulma pada piringan TBM 2 kelapa cukup singkat. Hal ini terjadi karena peralatan yang tersedia untuk tiap personil untuk masing-masing  kelompok sangatlah memadai.
Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan secara intensif. Hal ini dilaksanakan untuk mengurangi tingkat kompetisi gulma terhadap tanaman pokok dalam pemanfaatann unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh serta memudahkan pengontrolan pekerjaan  dan juga menekan populasi hama dan penyakit.Pada kegiatan pengendalian gulma, kriteria yang umum digunakan adalah : (1) W0, areal bersih gulma dan LCC, yaitu piringan dan jalan, (2) W1, Murni LCC, pada gawangan sampai ke-2 TM, dan (3) W2, aeal hanya boleh tumbuh LCC dan rumput lunak.
Kriteria ini adalah untuk dapat mengidentifikasi serta mengetahui areal mana perlu dibersihkan dari gulma dan areal mana yang tidak perlu dibersihkan dari gulma.
Pengendalian gulma di perkebunan dapa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya ;
•    Pengendalian  mekanis
•    Pengendalian kultur teknis,fisis , biologis , kimia dan terpadu.
Pada areal perkebunan kelapa, umumnya dengan cara mekanis dan kimia.Sebelum dilakukan pengendalian terlebih dahulu dilaksanakan identifikasi gulma. Pada praktikum kali ini pengendaaliaan dilakukan secara manual pada TBM 2. Yaitu piringan dan gawangan dengan jari – jari maksimal  1 m dari pokok. Alat yang digunakan untuk pengendalian yaitu cangkul, golok, kored dan sabit.
Terdapat beberapa jenis gulma pada areal piringan :
Imperata cylindrica (alang-alang, golongan rumput),
Pennisetum polystachyon (rumput),
Cynodon dactylon(rumput)
Borreria alata (daun lebar)
Widelia biflora, Cecabean, Cromolena odorata, Commelina difusa, Juwet jampang, Perata silindrica, Acsonopus compesus, Micania micanta
Identifikasi gulma pada tanaman kelapa  bertujuan mengetahui tindakan selanjutnya dalam melakukan tindakan pengedalian yang tepat dilaksanakan sesuai situasi yang ada. Apabila dilihat dari kriteria area yang harus bebas ataupun boleh terdapat gulma, areal piringan merupakan salah satu areal yang harus bebas dari gulma dan LCC.Namun, pada areal praktikum ini,terdapat beberapa gulma baik jenis rumput atau daun lebar. Oleh sebab itu, penegndalian harus dilakukan terhadap gulma agar penurunan produksi pada TM nanti tidak besar.
Gulma pada TBM sangan merugikan. Beberapa kerugian yaitu ; pertumbuhan tanaman kelapat muda terhambat dan mengakibatkan biaya pemeliharaan meningkat,  menyulitkan kegiatan operasional (pemupukan), ancaman bahaya kebakaran saat musim kemarau.
Piringan (circle weeding) yaitu daerah yang berada disekitar pokok kelapa sawit berbentuk lingkaran.Diameter atau jari-jari berbeda tergantung dari umur tanaman. Tujuan adanya piringan pada tanaman kelapa  yaitu untuk memudahkan pemeliharaan (pemupukan) yang termasuk dalam kegita operasional  serta mencegah adananya hama dan penyakit tanaman.Oleh sebab itu areal ini tidak boleh adanya gulma dan LCC (criteria W0) yang akan mengganggu kegiatan pemupukan dan dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit. Sedangkan utuk areal gawangan menerapkan criteria w1 dan w2 untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari dengan tanaman kelapa, mempermudah control pekerjaan dari satu gawangn ke gawangan lain, serta menekan perkembangan populasi hama.

4.3 KESIMPULAN
Pemupukan tanaman kelapa diaplikasikan dengan cara menaburkan pupuk melingkar mengelilingi bongkoran tanaman kelapa. Aplikasi pupuk N sebaiknya tidak dicampur dengan pupuk P dan K agar semua pupuk dapat diserap tanaman kelapa secara maksimal.




DAFTAR PUSTAKA

Kaat, H., D. Allorerung, dan A. Ilat. 1993. Status Hara Dan Pemupukan Kelapa Rakyat Di Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2097961-kandungan-pupuk-tanaman-kelapa




PEMELIHARAAN TBM
KELAPA

Rekan kerja        : Rahmah Budhi N.H         J3T212131
  Siti MayaAdriariny        J3T112018
  Suci    Ramadanti            J3T112060
  Pambudi Adhe.P            J3T412108
  Petrus                 J3T412112
  Leonardo T             J3T412119

Kelompok         : 2 B/ P2





Pro


Budidaya Tanaman Perkebunan Utama

Teknologi Manajemen Produksi Perkebunan
Direktorat Program Diploma
Institut Pertanian Bogor
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LatarBelakang
             Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa negara  non migas sehingga memiliki prospek yang cerah . Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas dilakukan dalam bidang teknik budidaya. Perbanyakan karet (Hevea brasiliensis) ada dua macam yaitu melalui generatif  (perbanyakan dengan benih) dan secara vegetatif ( dengan teknik okulasi).
              Sedangkan kelemahannnya ketidaknormalan tanaman karena tidak serasi antara batang atas dengan batang bawah, dan jika salah satu syarat dalam okulasi tidak terpenuhi maka kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh besar.
              Bibit okulasi dari dua klon yang berbeda antara batang atas (entres) dan batang bawah dengan sifat unggul yang berbeda juga. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan tanaman dari sifat unggul klonnya yaitu produktifitas tinggi dengan umur ekonomis yang panjang.
1.2 Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan batang bawah dan batang atas siap okulasi , melaksanakan pekerjaan okulasi dan menentukan jumlah tenaga kerja serta waktunya untuk okulasi.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
    Tanaman karet (Hevea brasiliensis) mulai dikenal di indonesia sejak zaman penjajahan belanda. Awalnya , tanaman karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Selanjutnya dikembangkan sebagai tanaman perkebunan yang tersebar dibeberapa daerah diindonesia.
Secara sistematis klasifikasi tanaman kelapa sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angisospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brasiliensis
(Suwarto, 2012)
    Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.


Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masaTBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun karet mengacu pada teknik budidaya karet dengan tahapan sebagai berikut :
A. Persyaratan Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh     optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan     laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
- Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th. ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa curah hujan optimal 2.500 mm     s/d 4.000 mm/tahun dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan     pada pagi hari, produksi akan berkurang.
- Bulan kering kurang dari 3 bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
 Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
- Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.
- pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0.
- Drainase tanah sedang.
Klon-klon Karet Rekomendasi
            Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon- klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.
Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260
Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,         112, IRR 118
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditanam, dengan memperhatikan         kondisi agroekosistem, sistem pengelolaan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon tersebut. (http://www.htysite.com/budidaya)



















BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum Tanaman Perkebunan Utama dilaksanakan pada :
Hari        :  Selasa,tanggal 25 November 2013
Tempat    : Kebun percobaan CikabayanKampus IPB Dramaga.

3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan meliputi :Pisau Okulasi
Bahan yang digunakan adalah  ; Plastik pembungkus
3.3 METODE
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah pemeliharaan dan pemupukan tanaman kelapa. pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma pada bokoran tanaman kelapa dengan radius 1 m. Memotong daun yang telah kering dengan gunting stek. Pada pembersihan gulma ini menggunakan kriteria babat merah. Setelah itu, dilakukan peupukan dengan cara alur melingkar. Urea dialur dengan radius 0,5 m dari tanaman pokok, sedangkan KCL dan SP-18 dialur dengan radius 1 m dari tanaman pokok. Kemudian tutup dengan tanah agar tidak terjadi penguapan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penyelesaian pelaksanaan pengendalian gulma di piringan memerlukan HOK : …..
Diketahui waktu kerja dari pukul10.00 – 11.00( 1 jam )
Jumlah pekerja sebanyak 6 orang
Jadi HOK = jam penyelesaian x jumlahpekerja x 1 HOK/7 jam
HOK = 1 jam x 6 orang x 1 HOK/7 jam
        = 0,85 HK
4.2 Pembahasan
Pemeliharaan TBM sangat penting karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedepannya. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengendalian gulma pada piringan TBM 2 kelapa cukup singkat. Hal ini terjadi karena peralatan yang tersedia untuk tiap personil untuk masing-masing  kelompok sangatlah memadai.
Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan secara intensif. Hal ini dilaksanakan untuk mengurangi tingkat kompetisi gulma terhadap tanaman pokok dalam pemanfaatann unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh serta memudahkan pengontrolan pekerjaan  dan juga menekan populasi hama dan penyakit.Pada kegiatan pengendalian gulma, kriteria yang umum digunakan adalah : (1) W0, areal bersih gulma dan LCC, yaitu piringan dan jalan, (2) W1, Murni LCC, pada gawangan sampai ke-2 TM, dan (3) W2, aeal hanya boleh tumbuh LCC dan rumput lunak.
Kriteria ini adalah untuk dapat mengidentifikasi serta mengetahui areal mana perlu dibersihkan dari gulma dan areal mana yang tidak perlu dibersihkan dari gulma.
Pengendalian gulma di perkebunan dapa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya ;
•    Pengendalian  mekanis
•    Pengendalian kultur teknis,fisis , biologis , kimia dan terpadu.
Pada areal perkebunan kelapa, umumnya dengan cara mekanis dan kimia.Sebelum dilakukan pengendalian terlebih dahulu dilaksanakan identifikasi gulma. Pada praktikum kali ini pengendaaliaan dilakukan secara manual pada TBM 2. Yaitu piringan dan gawangan dengan jari – jari maksimal  1 m dari pokok. Alat yang digunakan untuk pengendalian yaitu cangkul, golok, kored dan sabit.
Terdapat beberapa jenis gulma pada areal piringan :
Imperata cylindrica (alang-alang, golongan rumput),
Pennisetum polystachyon (rumput),
Cynodon dactylon(rumput)
Borreria alata (daun lebar)
Widelia biflora, Cecabean, Cromolena odorata, Commelina difusa, Juwet jampang, Perata silindrica, Acsonopus compesus, Micania micanta
Identifikasi gulma pada tanaman kelapa  bertujuan mengetahui tindakan selanjutnya dalam melakukan tindakan pengedalian yang tepat dilaksanakan sesuai situasi yang ada. Apabila dilihat dari kriteria area yang harus bebas ataupun boleh terdapat gulma, areal piringan merupakan salah satu areal yang harus bebas dari gulma dan LCC.Namun, pada areal praktikum ini,terdapat beberapa gulma baik jenis rumput atau daun lebar. Oleh sebab itu, penegndalian harus dilakukan terhadap gulma agar penurunan produksi pada TM nanti tidak besar.
Gulma pada TBM sangan merugikan. Beberapa kerugian yaitu ; pertumbuhan tanaman kelapat muda terhambat dan mengakibatkan biaya pemeliharaan meningkat,  menyulitkan kegiatan operasional (pemupukan), ancaman bahaya kebakaran saat musim kemarau.
Piringan (circle weeding) yaitu daerah yang berada disekitar pokok kelapa sawit berbentuk lingkaran.Diameter atau jari-jari berbeda tergantung dari umur tanaman. Tujuan adanya piringan pada tanaman kelapa  yaitu untuk memudahkan pemeliharaan (pemupukan) yang termasuk dalam kegita operasional  serta mencegah adananya hama dan penyakit tanaman.Oleh sebab itu areal ini tidak boleh adanya gulma dan LCC (criteria W0) yang akan mengganggu kegiatan pemupukan dan dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit. Sedangkan utuk areal gawangan menerapkan criteria w1 dan w2 untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari dengan tanaman kelapa, mempermudah control pekerjaan dari satu gawangn ke gawangan lain, serta menekan perkembangan populasi hama.

4.3 KESIMPULAN
Pemupukan tanaman kelapa diaplikasikan dengan cara menaburkan pupuk melingkar mengelilingi bongkoran tanaman kelapa. Aplikasi pupuk N sebaiknya tidak dicampur dengan pupuk P dan K agar semua pupuk dapat diserap tanaman kelapa secara maksimal.




DAFTAR PUSTAKA

Kaat, H., D. Allorerung, dan A. Ilat. 1993. Status Hara Dan Pemupukan Kelapa Rakyat Di Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2097961-kandungan-pupuk-tanaman-kelapa




Pemeliharaan TBM Kelapa

LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KELAPA


Disusun Oleh :
Kelompok B1-1

 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100





TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan produktifitas tanaman kelapa ditentukan oleh seluruh tahapan proses budidaya, mulai dari pemilihan bibit yang akan ditanam, penyiapan lubang tanam dan penanaman, serta pemeliharaan selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM). Bibit yang ditanam haruslah memenuhi kriteria sebagai bibit yang baik dan dipindahkan tepat pada waktunya. Lahan dan lubang tanam dipersiapkan mengikuti ketentuan. Selama masa TBM tanaman harus diusahakan bebas dari gulma dan berkecukupan hara.
pemeliharaan tanaman bertujuan untuk mengkondisikan tanaman agar sehat, memiliki pertumbuhan yang normal dan mencapai tingkat produktivitas yang optimal. Fase pemeliharaan tanaman tahunan digolongkan menjadi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Pada fase TBM, pemeliharaan kelapa diarahkan bagi pertumbuahn tanaman yang normal serta secepat mungkin memasuki fase TM. Pada fase TM, pemeliharaan kelapa diarahkan bagi pencapaian produktivitas yang optimal sesuai dengan potensi produksinya dan diusahakan agar memiliki masa umur ekonomi yang panjang. Kegiatan pemeliharaan tidak hanya dilakukan pada tanaman pokok (kelapa) melainkan juga pada areal di sekitar tanaman (gawangan).
Waktu yang sangat kritid untuk tanaman muda ialah sejak mulai ditanam sampai umur 3-4 tahun. Selama waktu itu, tanaman harus diberi perhatian sebesar-besarnya agar dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat, subur dan cepat berproduksi. Tanaman muda harus dihindarkan dari gangguan hewan, gulma dan tanaman liar lainnya, serangan rayap dan kemungkinan tergenang air atau lumpur.
TUJUAN
Kegiatan praktikum ini bertujuan : melakukan pengendalian gulma pada piringan pokok TBM kelapa, melakukan pemupukan TBM kelapa, dan memotong daun yang telah mati dari batang kelapa.


TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.
Kelapa termasuk kedalam golongan Palmae sama dengan tanaman kelapa sawit, kurma, dan nipah. Secara sistematis klasifikasi tanaman kelapa sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angisospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Ordo                : Spadiciflorae
Famili              : Palmae
Genus              : Cocos
Spesies            : Cocos nucifera L.
Pemeliharaan pada TM hampir sama dengan TBM, yaitu kegiatan penyiangan gulma dan pemupukan . Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Pemupukan kelapa  bertujuan menambah unsur-unsur hara yang kurang dipasok tanah, yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif yang normal dan produksi buah yang optimal. Kebutuhan hara antara Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) tentunya berbeda. Pemupukan pada TBM bertujuan untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada TM bertujuan untuk memproduksi buah yang optimal.

BAHAN, ALAT DAN METODE PELAKSANAAN
a.    Bahan
•    Kelapa TBM
•    Pupuk : Urea, SP-36, dan KCL
b.    Alat
•    Sabit ( 2 buah)
•    Cangkul ( 2 buah )
•    Ember ( 1 buah )
•    Gunting stek ( 1 buah)
c.    Metode Pelaksanaan
Hari Selasa, tanggal 19 Nopember 2013 di lahan Cikabayan
•    Penyiangan gulma
    Penyiangan dilakukan pada piringan dengan jari-jari satu meter pad tahun pertama, tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga dua meter
    Caranya menggunakan sabit atau cangkul yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan empat minggu sekali pada musim hujan atau eman minggu – dua bulan sekali pada musim kemarau.
    Pada penyiangan gulma metode yang digunakan adalah Wo, yang artinya tidak ada gulma di sekitar piringan pokok

•    Sanitasi
Sanitasi pada tanaman kelapa belum menghasilkan dapat berupa pembuangan berbagai jenis kotoran, serangga, daun-daun kering ataupun pelepah yang menggantung.
•    Pemupukan TBM
Pemupukan dilakukan dengan jarak 0,5-1 meter. Pemberian urea diberikan pada jarak 0,5 meter dari pokok kelapa karena urea mudah menguap dan tercuci. Sedangkan KCl dan SP-18 diberikan pada jarak 0,75-100 cm dari pokok kelapa.
Pupuk yang digunakan :
a.    Urea : 200 g/pokok
b.    SP-18 : 200 g/pokok
c.    KCL : 300 g/pokok
d.    Kieserit 100g/pokok
Catatan:
1.    Aplikasi urea diberikan dalam bokoran dengan cara disebar merata (jangan dicampur dengan pupuk lain. Jika aplikasi pemupukan tidak segera setelah pencampuran pupuk)
2.    Aplikasi pupuk SP-36, KCl, dan kieserit diberikan bersamaan (dicampur) dan disebar merata dalam bokoran.


HASIL DAN PEMBAHASAN
a.    Pembahasan
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pemeliharaan terhadap kelapa yang belum menghasilkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan sanitasi tanaman, pengendalian gulma dan pemupukan pada 4 tanaman kelapa. Dalam pengendalian gulma, kelapa dibersihkan dari gulma dengan cara pembentukan dan pemeliharaan bokoran atau kondisi Wo. Kegiatan sanitasi dengan memotong pelepah kering yang menempel pada batang. Sanitasi bertujuan memperbaiki lingkaran tajuk kelapa, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan tanaman tersebut, mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatan hara. Pada praktikum ini, sanitasi dilakukan dengan memotong pelepah kering yang menempel pada batang kelapa dengan menggunakan gunting stek. Pengendalian gulma dilakukan dengan membuat jari-jari 1,5 meter dari pokok tanaman.
Setelah dilakukan sanitasi tanaman dan pengendalian gulma, kegiatan berikutnya adalah pemupukan. Kegiatan pemupukan harus memperhatikan jenis pupuk, dosis pupuk, waktu memupuk, tempat, dan cara memupuk. Jenis pupuk ada dua yaitu pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara saja, contohnya urea hanya mengandung hara nitrogen (N). Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara, misalnya NPK. Adapun jenis pupuk yang digunakan antara lain Urea, SP-18, dan KCl dengan dosis masing-masing 200 gram, 200 gram dan 300 gram per tanaman. Pada urea kandungan utamanya adalah Nitrogen (N) sebanyak 46%, pada SP-18 adalah P2O5 sebanyak 18% dan pada KCl kandungan utamanya adalah K sebanyak 45% dan Cl 20%. Urea diberikan secara alur pada radius 0,5 meter dari tanaman pokok, kemudian ditutup agar pupuk tidak menguap. Dalam pemberian,  pupuk urea tidak boleh dicampur dengan pupuk lain karena jika tidak langsung diaplikasikan maka pupuk akan menggumpal dan akan sulit diikat oleh tanah terutama sulit diserap oleh akar tanaman. Untuk aplikasi pupuk KCl dan SP-36 diberikan dengan cara dicampur terlebih dahulu kemudian disebar secara alur pada radius 1 meter dari tanaman pokok.
b.    Hasil
Hasil yang diperolehpada praktikum pemeliharaan TBM kelapa adalah : Hasil kerja yang dilakukan oleh kelompok B1-1 untuk pemeliharaan 4 tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa adalah selama 21 menit atau 0.35 jam. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 0.35 jam x 5 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0.25 HOK. Populasi kelapa  dalam 1 hektar sekitar 138 tanaman. Perhitungan HOK untuk luasan 1 hektar tanaman kelapa  adalah (138 / 4) x 0.25 HOK = 8,62 HOK

KESIMPULAN
Praktikum pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) kelapa  yang dimulai dengan sanitasi tanaman atau pengendalian gulma hingga pemupukan membutuhkan waktu 0,35 jam dengan 5 pekerja, sehingga HOK yang didapat adalah 0,25. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan kelapa yang baik terutama pengendalian gulma dan pemupukan akan menghasilkan tanaman menghasilkan kelapa yang berproduktifitas tinggi.
Daftar pustaka
www.qiqiqohar.blogspot.com/2012/03/pemeliharaan-kelapa.html (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.34 WIB)
http://ahmadfendri.blogspot.com/2011/04/pemeliharaan-tm-kelapa.html (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.49 WIB)
http://ahmadfendri.blogspot.com/2011/04/pemeliharaan-tm-kelapa.html (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.23 WIB)
www.amosjuliamanpurba.wordpress.com (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.45)




LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KELAPA


Disusun Oleh :
Kelompok B1-1

 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100





TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan produktifitas tanaman kelapa ditentukan oleh seluruh tahapan proses budidaya, mulai dari pemilihan bibit yang akan ditanam, penyiapan lubang tanam dan penanaman, serta pemeliharaan selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM). Bibit yang ditanam haruslah memenuhi kriteria sebagai bibit yang baik dan dipindahkan tepat pada waktunya. Lahan dan lubang tanam dipersiapkan mengikuti ketentuan. Selama masa TBM tanaman harus diusahakan bebas dari gulma dan berkecukupan hara.
pemeliharaan tanaman bertujuan untuk mengkondisikan tanaman agar sehat, memiliki pertumbuhan yang normal dan mencapai tingkat produktivitas yang optimal. Fase pemeliharaan tanaman tahunan digolongkan menjadi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Pada fase TBM, pemeliharaan kelapa diarahkan bagi pertumbuahn tanaman yang normal serta secepat mungkin memasuki fase TM. Pada fase TM, pemeliharaan kelapa diarahkan bagi pencapaian produktivitas yang optimal sesuai dengan potensi produksinya dan diusahakan agar memiliki masa umur ekonomi yang panjang. Kegiatan pemeliharaan tidak hanya dilakukan pada tanaman pokok (kelapa) melainkan juga pada areal di sekitar tanaman (gawangan).
Waktu yang sangat kritid untuk tanaman muda ialah sejak mulai ditanam sampai umur 3-4 tahun. Selama waktu itu, tanaman harus diberi perhatian sebesar-besarnya agar dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat, subur dan cepat berproduksi. Tanaman muda harus dihindarkan dari gangguan hewan, gulma dan tanaman liar lainnya, serangan rayap dan kemungkinan tergenang air atau lumpur.
TUJUAN
Kegiatan praktikum ini bertujuan : melakukan pengendalian gulma pada piringan pokok TBM kelapa, melakukan pemupukan TBM kelapa, dan memotong daun yang telah mati dari batang kelapa.


TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.
Kelapa termasuk kedalam golongan Palmae sama dengan tanaman kelapa sawit, kurma, dan nipah. Secara sistematis klasifikasi tanaman kelapa sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angisospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Ordo                : Spadiciflorae
Famili              : Palmae
Genus              : Cocos
Spesies            : Cocos nucifera L.
Pemeliharaan pada TM hampir sama dengan TBM, yaitu kegiatan penyiangan gulma dan pemupukan . Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Pemupukan kelapa  bertujuan menambah unsur-unsur hara yang kurang dipasok tanah, yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif yang normal dan produksi buah yang optimal. Kebutuhan hara antara Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) tentunya berbeda. Pemupukan pada TBM bertujuan untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada TM bertujuan untuk memproduksi buah yang optimal.

BAHAN, ALAT DAN METODE PELAKSANAAN
a.    Bahan
•    Kelapa TBM
•    Pupuk : Urea, SP-36, dan KCL
b.    Alat
•    Sabit ( 2 buah)
•    Cangkul ( 2 buah )
•    Ember ( 1 buah )
•    Gunting stek ( 1 buah)
c.    Metode Pelaksanaan
Hari Selasa, tanggal 19 Nopember 2013 di lahan Cikabayan
•    Penyiangan gulma
    Penyiangan dilakukan pada piringan dengan jari-jari satu meter pad tahun pertama, tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga dua meter
    Caranya menggunakan sabit atau cangkul yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan empat minggu sekali pada musim hujan atau eman minggu – dua bulan sekali pada musim kemarau.
    Pada penyiangan gulma metode yang digunakan adalah Wo, yang artinya tidak ada gulma di sekitar piringan pokok

•    Sanitasi
Sanitasi pada tanaman kelapa belum menghasilkan dapat berupa pembuangan berbagai jenis kotoran, serangga, daun-daun kering ataupun pelepah yang menggantung.
•    Pemupukan TBM
Pemupukan dilakukan dengan jarak 0,5-1 meter. Pemberian urea diberikan pada jarak 0,5 meter dari pokok kelapa karena urea mudah menguap dan tercuci. Sedangkan KCl dan SP-18 diberikan pada jarak 0,75-100 cm dari pokok kelapa.
Pupuk yang digunakan :
a.    Urea : 200 g/pokok
b.    SP-18 : 200 g/pokok
c.    KCL : 300 g/pokok
d.    Kieserit 100g/pokok
Catatan:
1.    Aplikasi urea diberikan dalam bokoran dengan cara disebar merata (jangan dicampur dengan pupuk lain. Jika aplikasi pemupukan tidak segera setelah pencampuran pupuk)
2.    Aplikasi pupuk SP-36, KCl, dan kieserit diberikan bersamaan (dicampur) dan disebar merata dalam bokoran.


HASIL DAN PEMBAHASAN
a.    Pembahasan
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pemeliharaan terhadap kelapa yang belum menghasilkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan sanitasi tanaman, pengendalian gulma dan pemupukan pada 4 tanaman kelapa. Dalam pengendalian gulma, kelapa dibersihkan dari gulma dengan cara pembentukan dan pemeliharaan bokoran atau kondisi Wo. Kegiatan sanitasi dengan memotong pelepah kering yang menempel pada batang. Sanitasi bertujuan memperbaiki lingkaran tajuk kelapa, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan tanaman tersebut, mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatan hara. Pada praktikum ini, sanitasi dilakukan dengan memotong pelepah kering yang menempel pada batang kelapa dengan menggunakan gunting stek. Pengendalian gulma dilakukan dengan membuat jari-jari 1,5 meter dari pokok tanaman.
Setelah dilakukan sanitasi tanaman dan pengendalian gulma, kegiatan berikutnya adalah pemupukan. Kegiatan pemupukan harus memperhatikan jenis pupuk, dosis pupuk, waktu memupuk, tempat, dan cara memupuk. Jenis pupuk ada dua yaitu pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara saja, contohnya urea hanya mengandung hara nitrogen (N). Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara, misalnya NPK. Adapun jenis pupuk yang digunakan antara lain Urea, SP-18, dan KCl dengan dosis masing-masing 200 gram, 200 gram dan 300 gram per tanaman. Pada urea kandungan utamanya adalah Nitrogen (N) sebanyak 46%, pada SP-18 adalah P2O5 sebanyak 18% dan pada KCl kandungan utamanya adalah K sebanyak 45% dan Cl 20%. Urea diberikan secara alur pada radius 0,5 meter dari tanaman pokok, kemudian ditutup agar pupuk tidak menguap. Dalam pemberian,  pupuk urea tidak boleh dicampur dengan pupuk lain karena jika tidak langsung diaplikasikan maka pupuk akan menggumpal dan akan sulit diikat oleh tanah terutama sulit diserap oleh akar tanaman. Untuk aplikasi pupuk KCl dan SP-36 diberikan dengan cara dicampur terlebih dahulu kemudian disebar secara alur pada radius 1 meter dari tanaman pokok.
b.    Hasil
Hasil yang diperolehpada praktikum pemeliharaan TBM kelapa adalah : Hasil kerja yang dilakukan oleh kelompok B1-1 untuk pemeliharaan 4 tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa adalah selama 21 menit atau 0.35 jam. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 0.35 jam x 5 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0.25 HOK. Populasi kelapa  dalam 1 hektar sekitar 138 tanaman. Perhitungan HOK untuk luasan 1 hektar tanaman kelapa  adalah (138 / 4) x 0.25 HOK = 8,62 HOK

KESIMPULAN
Praktikum pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) kelapa  yang dimulai dengan sanitasi tanaman atau pengendalian gulma hingga pemupukan membutuhkan waktu 0,35 jam dengan 5 pekerja, sehingga HOK yang didapat adalah 0,25. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan kelapa yang baik terutama pengendalian gulma dan pemupukan akan menghasilkan tanaman menghasilkan kelapa yang berproduktifitas tinggi.
Daftar pustaka
www.qiqiqohar.blogspot.com/2012/03/pemeliharaan-kelapa.html (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.34 WIB)
http://ahmadfendri.blogspot.com/2011/04/pemeliharaan-tm-kelapa.html (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.49 WIB)
http://ahmadfendri.blogspot.com/2011/04/pemeliharaan-tm-kelapa.html (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.23 WIB)
www.amosjuliamanpurba.wordpress.com (Selasa, 26 Nopember 2013, 00.45)




Kamis, 20 Februari 2014

Pre dan main nursery kelapa sawit

LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PRE NURSERY DAN MAIN NURSERY PADA KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :
Kelompok B1-1
 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100



TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
LATAR BELAKANG
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi pertanian terpenting bagi Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan akan kebutuhan minyak nabati di dalam negeri. Sasaran utama yang harus dicapai dalam mengusahakan perkebunan kelapa sawit adalah memperoleh produksi maksimal dan kualitas minyak yang baik dengan biaya yang efisien. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan standart kegiatan teknis budidaya yang baik, salah satunya adalah pembibitan kelapa sawit.
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa yang akan datang. Perawatan bibit yang baik di pembibitan awal dan pembibitan utama melalui dosis pemupukan yang tepat merupakan salah satu uapaya untuk meencapai hasi yang optimal dalam pengembangan budidaya kelapa sawit.
Bibit kelapa sawit harus dari jenis Tenera yang merupakan persilangan Dura dan Psifera. Bibit harus memiliki pertumbuhan normal; bibit abnormal harus di afkir, secara tidak menunjukkan gejala terserang hama penyakit. Untuk memperoleh bibit yang memenuhi kriteria tersebut perlu dilakukan penanaman, pemeliharaan dan seleksi bibit secara benar.
Pemeliharaan bibit dan seleksi bibit dilakukan baik di pembibitan pendahuluan (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pemeliharaan tersebut meliputi penyiraman rutin, pengendalian gulma di dalam polybag dan di gawangan, pengendalian hama penyakit sesuai keperluan. Seleksi dilakukan dengan membuang atau meng-afkir segera bibit yang menunjukkan gejala abnormal.



TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk:
1.     mempraktekkan bagaimana melakukan tindakan persiapan  pembibitan yang baik dan benar.
2.    Memelihara dan menyeleksi bibit di pre nursery














TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Setyamidjaja (1998), sistematika tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit mempunyai akar tunggang pada waktu tumbuhan keluar dari biji. Selanjutnya akar tunggang tersebut mati dan diganti dengan akar-akar serabut serta terus-menerus disusun sehingga merupakan anyaman yang rapat dan tebal. Akar yang tumbuh lurus ke dalam tanah panjangnya mencapai 8 meter sedangkan yang mendatar dapat mencapai 16 meter. Biji kelapa sawit berkeping tunggal, sehingga akarnya adalah serabut. Perakarannya sangat kuat. Akar tua yang tetap kuat dan tetap utuh tidak membusuk sekalipun telah mati. Besarnya batang berdiameter 20-75 cm, dan diperkebunan umumnya 45-60 cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya batang adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi batang bisa mencapai 20 m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m.
Daun kelapa sawit menyirip dan pinggiran tangkai daun berduri. Setiap tahunnya daun kelapa sawit keluar sebanyak 20-24 helai. Banyaknya sirip dari
Daun-daun normal antara 80 sampai 120 lembar. Daun-daun tanaman kelapa sawit melengkung ke bawah dan jika tidak dipangkas merupakan penghalang bagi proses penyerbukan sehingga pembentukan buah kurang sempurna. Bunga kelapa sawit berumah satu. Pada satu batang terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda. Sering kali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (hermaprodit). Buah sawit berukuran kecil antar 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir bergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit.



BAHAN DAN METODE PELAKSANAAN
A.    BAHAN DAN ALAT
1.    Cangkul
2.    Polybag ukuran 50 x 60
3.    Tanah top soil
4.    Ember
5.    Benih kelapa sawit
6.    Alat ukur

B.    METODE PELAKSANAAN
Praktikum pada Selasa, 17 September 2013 dilakukan di lahan Cikatas Institut Pertanian Bogor dimulai dari jam 09.30-selesai, praktiukm ini dilakukan secara berkelompok.
    Main Nursery
Pertama pembagian10  polybag berukuran 45x50  pada masing-masing kelompok, dilanjutkan pengisian tanah yang telah digemburkan  ke dalam polybag, setelah semua selesai terisi dengan tanah, kemudian polybag tersebut diangkut ke lahan yang sudah dibersihkan sebelumnya. Setelah polybag terangkut semua, polybag tersebut disusunan berdasarkan kelompok, pola tanam dan jarak tanam.
    Pre Nursery
Setiap kelompok diberikan 10 benih kelapa sawit yang secara acak, setelah itu tanah digemburkan agar perakaran dapat tumbuh dengan baik, kemudian para praktikan menyeleksi bibit yang abnormal untuk dipisahkan atau pun yang miring untuk diluruskan kembali. Setelah diafkir, benih kelapa sawit disusun lagi dengan baik perkelompok dan dipupuk dengan penyiraman.





HASIL DAN PEMBAHASAN
    Pre Nursery
Benih kelapa sawit : 10 benih
Penyeleksian : tidak adanya gejala abnormal pada benih kelapa sawit sehingga dapat diteruskan pembenihannya. Bibit yang diseleksi pada saat pre nursery:
a.    Bibit berputar / melintir ( twisted leaf ).
b.    Daun sempit seperti rumput ( grass leaf ).
c.    Daun bergulung ( roller leaf ).
d.    Daun berkerut ( crinkle leaf ).
e.    Daun tidak membuka ( colante ).
f.    Bibit terkena penyakit.   
g.    Daun dengan strip kuning ( Chimaera ).
h.    Tanaman kerdil ( Runt ).

    Main Nursery
Untuk 24 kelompok membuat tempat pembibitan seluas 200 meter, dan polybag disusun dengan jarak 0,9 m x 0,9 m x 0,9 m.

Hal yang penting dalam menentukan dalam pre nursery adalah pada saat proses pekecambahan, apabila kecambah yang nantinya akan digunakan untuk untuk pre nursery mengalami hambatan dan kegagalan, maka hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap pre nursery dan main nursery, selain itu juga berpengaruh kepada kualitas dari bibit kelapa sawit. Kecambah yang ditanami adalah kecambah yang telah dapat dibedakan antara bakal daun dan bakal akar. Bakal daun (plumula) ditandai dengan bentuk yang agak menjamin dan berwarna kuning muda, sedangkan bakal akar (radikula) berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning dari bakal daun. Pada waktu penanaman harus diperhatikan posisi dan arah kecambah, plumula menghadap keatas dan radikula menghadap kebawah. Kecambah yang belum jelas bakal akar dan daunnya dikembalikan kedalam kantong plastik dan disimpan dalam kondisi lembab selama beberapa hari untuk bisa ditanam. Kesalahan-kesalahan dalam penanaman akan dapat menimbulkan kelainan pada bibit.
Seleksi bibit adalah kegiatan mengidentifikasi dan kemudian mengeliminasi ( memusnahkan ) semua bibit yang abnormal dan mempertahankan bibit yang benar-benar sehat dan bermutu baik. Oleh karena itu seleksi harus dilakukan dengan ketat, cermat dan hati-hati sehingga bibit yang dikirim untuk di tanam adalah bibit yang terbaik, serta harus dilaksanakan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman. Pada akhir tahap Pre Nuresery, kecambah yang normal sudah memiliki 3 sampai 4 helai daun leanceolatus, ( daun yang belum membuka ). Pada saat terbuka sempurna, daun menjadi lebih panjang kira-kira 20 – 25 cm dan lingkar batang mencapai 4 cm.
Pada umumnya perkebunan kelapa sawit menerapkan jarak tanam sama segala penjuru (equidistant plant spacing) yang umum dikenal dengan jarak tanam segitiga sama sisi (sistem mata lima). Sistem ini memberikan pemanfaatan yang lebih besar terhadap tanah untuk pengambilan unsur hara dan menyediakan ruang dan cahaya matahari bagi perkembangan pelepah daun. Sudah dibuktikan di Afrika bahwa penanaman sistem segitiga sama sisi menghasilkan lebih banyak dari pada penanaman dengan sistem kubus. Menggunakan sistem sama sisi membuat jarak antar barisan lebih pendek dari pada jarak antar tanaman. Jarak antar barisan dapat dihitung dengan rumus jarak antar tanaman x 0,866. Jarak tanam akan tergantung kepada kerapatan tanam yang diinginkan.

KESIMPULAN
Pembibitan kelapa sawit memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pekerjaan. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah bibit yang dapat ditanam di lapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan dan merupakan faktor utama yang paling menentukan produksi per hektar tanaman. Pengelolaan bibit yang dapat menciptakan kualitas bibit yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman dan buah yang baik pula.













DAFTAR PUSTAKA
http://iniarun.wordpress.com/
http://bdpisok.blogspot.com/2008/04/contoh-laporan-lab-atp1-pengaruh-media.html
http://dodikfaperta.blogspot.com/2012/03/pembibitan-kelapa-sawit-pre-nursery.html





Pengendalian Gulma

LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PENGENDALIAN GULMA SECARA MANUAL

Disusun Oleh :
           Kelompok B1-1
 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100




TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Tanaman perkebunan merupakan tanaman yang berumur panjang. Untuk itu memerlukan tahapan pembibitan yang perlu di kelola sebaik mungkin. Karena, kesalahan pengelolaan bibit di pembibitan akan berdampak sampai tanaman tua. Akibatnya, produksi tidak mencapai hasil optimal. Dalam tahap awal ini masalah yang paling mengganggu adalah gulma. Gulma yang ada di tahap awal ini terdiri dari beragam jenis, dan ukuran.
Masalah gulma di perkebunan karet dianggap serius karena bisa mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsure hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh. Disamping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang dari hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu gulma harus diberantas. Pengendalian gulma harus dilakukan sejak tanaman masih di pembibitan. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap baik. Pengendalian gulma dilakukan dengan cangkul, kored, dengan tangan, atau bahan kimia. tanaman yang belum menghasilkan maupun tanaman yang sudah menghasilkan. Areal pembibitan harus diusahakan selalu bersih dari gulma. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus diulang secara teratur sehingga tidak ada kesempatan hidup bagi gulma.
3.2    Tujuan
Pembersihan gulma bertujuan untuk menciptakan kondisi lahan yang kuat serta memaksimalkan penyerapan nutrisi yang berada di dalam tanah oleh tanaman budidaya,selain itu pembersihan gulma juga mencegah  berkembangnya penyakit atau virus yang mungkin berkembang pada tanaman gulma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai  yang tumbuh bukan pada tempatnya, atau disebut juga tanaman atau tumbuhan yang manfaatnya lebih sedikit dibandingkan dengan kerugian yang diakibatkan pada lahan yang sedang diusahakan.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya.
Gulma antara lain berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian. Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan. Pada bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman. Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari,  nsure hara, ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Kandungan alelopati pada gulma juga dapat menekan pertumbuhan tanaman utama.
Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari  nsure gramineae (poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun., contoh gulama rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi. Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari  nsure Cyperaceae. Golongan ini dari penampakanya  nsure mirip dengan golongan rerumputan, bedanya terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus compresus. Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum.
Berdasarkan habitat tumbuhanya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidu didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji atau dengan cara  nsure ive. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia) spp, gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).



BAB III
BAHAN DAN METODE PELAKSANAAN

       3.1 Alat dan Bahan
1.    Arit
2.    Cangkul
3.    Kored
4.    sabit
3.2 Metode Pelaksanaan
    Pratikum ini di laksanakan di lahan cikatas Institut Pertanian Bogor pada pukul  09.00-sampai dengan selesai.Praktikum dilakukan secara berkelompok dan dibimbing oleh dosen pengajar/pembimbing. Pertama , para mahasiswa dibagi dalam 24 kelompok (6 kelompok A1, 6 kelompok A2, 6 Kelompok B1, dan 6 Kelompok B2). Setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang.Proses pembersihan dimulai dengan pembagian alat serta penentuan lahan yang akan dibersihkan maka setiap kelompok mulai bekerja dimulai dari membersihkan gulma yang berada disekitar polybag sampai yang ada didalam polybag, setelah semua gulma yang berada di sekitar dan didalam polybag hilang maka pembersihan dilanjutkan pada gulma yang berada di sekitar lahan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Pembahasan
Pada pratikum ini kami melakukan pembersihan gulma dari lahan budidaya tanaman karet. Gulma-gulma yang banyak kami temukan adalah gulma Bandotan (Ageratum conyzoides, L), Brachiaria mutica (Forssk.) Stapf,, Hymenachne amplexicaulis, dan Mikania micrantha.  Selain itu juga tanaman karet yang tumbuh liar juga digolongkan sebagai gulma. Untuk itu perlu dilakukan penebangan. Tanaman karet liar ini banyak tumbuh dijalan perawatan bibit.
    Lahan pembibitan yang menjadi lahan pratikum merupakan lahan bekas pembibitan tahun lalu yang berukuran kurang lebih 5 m x 8 m. Lahan ini dibagi-bagi menjadi beberapa blok. Kelompok kami, kelompok 5 dan 6 mendapatkan lahan karet yang di bagi menjadi 4 blok. Di blok yang pertama, yaitu blok dekat ke jalan merupakan blok bibit karet yang siap untuk bibit entres. Sedangkan blok yang lainnya merupakan blok bibit karet yang di tanam di dalam polibag. Diblok ini gulma tumbuh subur.  Selain dikarenakan perawatan yang kurang, juga karena lahan ini tidak pernah dimanfaatkan lagi semenjak beberapa bulan yang lalu.
    Pengendalian gulma merupakan salah satu tindakan pemeliharaan dalam berbudidaya tanaman perkebunan. Baik itu dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan bahan kimia. Masing-masing cara memiliki kekurangan dan kelebihan. Pengendalian gulma sangat penting dilakukan untuk menekan persaingan dengan tanaman utama dalam memperoleh air, mineral, dan  nsure hara.   Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langung dan berjalan lambat. Namun, secara akumulatif kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Untuk memenuhi kebutuhan unsure hara, air, sinar matahari, udara, dan ruang tumbuh, gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman perkebunan.
Menurut Emanuel Barus, Beberapa factor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma antara lain sebagai berikut :
1.    Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu mulai berproduki lebih lama ( fase immature tanaman lebih panjang).
2.    Penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman.
3.    Produktivitas kerja terganggu.
4.    Gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit.
5.    Biaya pengendalian gulma sangat mahal.

Selain berkompetisi untuk meperebutkan kebutuhannya, beberapa jenis gulma, antara lain lalanh dan mikania, dapat mengeluarkan zat yang bersifat racun, yaitu zat allelophaty. Zat beracun tersebut keluar dari perakaran gulma dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Jika gulma suatu areal perkebunan didominasi oleh kedua jenis gulma tersebut, tanaman akan terlihat menguning dan terhambat pertumbuhannya.
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generative maupun secara vegetative. Secara  generative, biji-bii gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetative terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.
Pengaruh gulma terlihat sangat nyata pada tanaman masih muda. Pada periode kritis ini, upaya pengendalian gulma harus dilakukan lebih intensif dengan memperhatikan factor ambang ekonomis. Pengendalian gulma terutama bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma sampai batas toleransi merugikan secara ekonomis. Jadi, usaha pengendalian gulma bukan merupakan upaya pemusnahan secara total.
Pengendalian dilakukan secara selektif, mula-mula terhadap jenis-jenis gulma yang paling berbahay bagi tanaman selanjutnya terhadap jenis gulma lain menurut skala prioritas. Sebelum dilaksanakan pengendalian gulma, sebaiknya dilakukan identifikasi jenis dan masalah gulma terlebih dahulu karena tidak semua jenis gulma berbahaya bagi tanaman.
Pekerjaan pengendalian gulma memerlukan jumlah tenaga kerja dan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu, pekerjaan ini harus dilakukan secara rasional dengan memanfaatkan teknologi secara efektif dan efisien


























BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah, pengendalian gulma merupakan salah satu pemeliharaan tanaman perkebunan yang sangat penting. Dengan dilakukannya pengendalian gulma secara rutin maka dapat menekan persaingan dalam memperoleh air, mineral, dan unsur hara dengan tanaman utama.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA


Tim penulis PS. 2008. Panduan lengkap karet. Jakarta (ID). Penebar swadaya
IPB repository. 2013 .http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53939/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=4 (9 September 2013)
Barus Emanuel. 2003. PENGENDALIAN GULMA DI PERKEBUNAN, Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Yogyakarta (ID). Kanisius






Penyakit Kuning Pada Kelapa


LAPORAN KULIAH
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN KELAPA



Disusun Oleh :
Kelompok B1-1
 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100







TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PENYAKIT KUNING PADA KELAPA

Penyakit adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, cendawan, virus dan protozoa. Tanaman dikatakan sakit jika ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologisnya. Penyebab lain bisa karena kekurangan atau kelebihan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara, atau karena tanaman mendapatkan stress lingkuungan seperti suhu, lingkungan yang terlalu panas ataupun dingin.
Penyakit kuning diduga disebabkan oleh sejenis Mycoplasma.
•    Penyebab:
1.    Faktor lingkungan yang jelek misalnya aerasi, genangan air dan kekeringan;
2.    Faktor kultur teknis, misalnya cara pengolahan tanah yang tidak menurut aturan, penggunaan pestisida yang tidak tepat, pemupukan yangkurang dan tidak teratur;
3.    Keadaan vegetasi, misalnya kebun banyak gulma dan kotor;
4.    Faktor hama/penyakit yang berkembang biak tanpa terkontrol;
5.    Faktor fisiologis, misalnya gangguan pada akar akibat kondisi tanah yang kurang cocok, sehingga metabolisme tanaman terganggu.
•    Gejala:
1.    Serangan penyakit ini mengakibatkan daun tanaman kelapa menjadi berwarna kuning sampai kuning emas, terutama bila terkena sinar matahari dimulai dari daun bagian bawah menuju ke atas;
2.    Tanaman tumbuh kerdil, makin ke pucuk ukuran pelepah dan daun makin kecil;
3.    Sebagian pelepah bagian atas kurus dan menekuk pada ujungnya dan sebagian pelepah bagian bawah menggantung dan kering;
4.    Daun-daun muda yang mati lebih cepat berubah warnanya menjadi coklta dan terkulai;
5.    Buah kelapa yang terbentuk kecil-kecil;
6.    Bunga dan bakal buah jarang sekali. Buah muda berguguran dan sedikit sekali yang sanggup menjadi tua. Ukuran buah kecil dan bersegi-segi tidak teratur;
7.    Ukuran mayang yang tumbuh setelah pohon sakit lebih pendek dan kecil, merekah serta terbuka tidak sempurna. Adakalanya mayang yang masih terbungkus;
8.    Membusuk menyerupai serangan penyakit busuk;
9.    Jika kerusakan sudah parah, seluruh rebung kelapa akan mati, dan akhirnya semua daun yang tertinggal akan mati;
10.    Biasanya dalam waktu 1-3 bulan setelah gejala awal muncul, tanaman akan mati.
•    Pengendalian:
Dilaksanakan melalui perbaikan sanitasi yang baik, kultur teknis, menanam varietas genjah yang tahan, misalnya malayan dwarf, dan tindakan lain.



Rabu, 19 Februari 2014

Pemeliharaan TM Karet

LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN KARET


Disusun Oleh :
Kelompok B1-1

 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100





TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


TINJAUAN PUSTAKA
Karet dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliosida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiareae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasililensis Muell. Arg
Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai 30-40 meter. Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan dibagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks (Setiawan dan Andoko, 2005).
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3,5 – 30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong (Sianturi, 2001).
Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Setyamidjaja, 1999).
Buah karet dengan diameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan berbentuk setengah bola (Setiawan dan Andoko, 2005).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tinga, kadang enam. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola khas.

Latar belakang
Tanaman karet memasuki periode Tanaman Menghasilkan (TM) setelah lilit batangnya mencapai ukuran minimal 45 cm pada ketinggian 1 m di atas pertautan (kaki gajah). Kriteria tersebut umumnya dicapai pada umur sekitar 6 tahun setelah tanam, tergantung kondisi pemeliharaan badan jenis klon yang akan menentukkan laju pertumbuhan lilit batang per tahun.
Pemeliharaan tanaman karet TM ditunjukkan untuk mengkondisikan pertumbuhan vegetatif tanaman selalu dalam kondisi optimal sehingga berproduksi tinggi secara berkesinambungan dengan umur ekonomi yang lama. Pada umumnya umur ekonomi tanaman karet sekitar 30 tahun.
Pemeliharaan tanaman karet TM ini difokuskan pada tanamannya selain juga terhadap kondisi lahan agar lahan terus mendukung pertumbuhan tanaman karet. Kegiatan pemeliharaan tanaman karet TM meliputi pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit dan konservasi lahan
Pemupukan dan pengendalian gulma merupakan dua kegiatan pemeliharaan yang sangat dominan pada pertanaman karet TM. Pengendalian gulma sebelum pemupukan bertujuan agar pupuk yang diberikan sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh tanamn karet. Pengendalian gulma dilakukan secara periodik agar jalur tanaman selalu dalam kondisi bebas gulma dan gawangan hanya ditumbuhi oleh gulma lunak dan bebas dari gulma berkayu dan alang-alang.
Tujuan:
    Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukkan kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan TM karet. Melaksanakan pekerjaan pengendalian gulma dan pemupukan TM karet.




BAHAN, ALAT, DAN METODE PELAKSANAAN
Tempat
Kebun percobaan Cikabayan, Dramaga Bogor
Bahan dan alat
1.    Tanaman karet menghasilkan
2.    Cangkul
3.    Parang
4.    pupuk
•    Urea : 175 gr/tanaman x 6 tanaman = 1050gr/ 6 tanaman
•    SP-36 : 125 gr/tanaman x 6 tanaman = 750 gr/6tanaman
•    KCl : 150 gr/tanaman x 6 tanaman = 900 gr/6tanaman
•    Dolomit : 50 gr/tanaman x 6 tanaman = 300 gr/6tanaman
Metode
1.    Gulma yang ada disekeliling tanaman (radius 1 m dari barisan tanaman karet) dibersihkan dengan menggunakan cangkul dan parang. Seluruh permukaan tanah di daerah ini harus dibersihkan dari gulma.
2.    Pemupukan dilakukan dengan cara menyebar pupuk secara merata pada alur yang dibuat berjarak sekitar 1 meter dari barisan tanaman karet.
3.    Setelah pupuk tersebar merata, lakukan penutupan alur.
4.    Lakukan pengukuran lilit batang tanamna karet ( 6 tanaman perkelompok ) pada ketinggian 1 m di atas permukaan pertautan.



HASIL DAN PEMBAHASAN
a.    Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum pemeliharaan TM karet adalah : Hasil kerja yang dilakukan oleh kelompok B1-1 untuk pemeliharaan 6 tanaman menghasilkan (TM) karet adalah selama 43 menit atau 0,71 jam. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 0,71 jam x 5 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0.51 HOK. Populasi karet  dalam 1 hektar sekitar 550 tanaman. Perhitungan HOK untuk luasan 1 hektar tanaman kelapa  adalah (550 / 5) x 0.51 HOK = 56,1 HOK.

b.    Pembahasan
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pemeliharaan terhadap tanaman karet  yang sudah menghasilkan yaitu melakukan pengendalian gulma, pemupukan pada 6 tanaman karet TM. Dalam pengendalian gulma, lahan karet dibersihkan dari gulma dengan kondisi Wo dan membersihkan lahan secara strip weeding yaitu lahan disekitar tanaman karet dibersihkan hingga bersih hingga menyambung dengan lahan pembersihan tanaman karet lain. Pengendalian gulma dilakukan dengan luas jari-jari 1,5 meter dari batang tanaman. Hal itu dikarenakan agar tempat lateks terlihat dan lateks bersih dari kotoran yang ada di gulma


Setelah melakukan pengendalian gulma, kegiatan berikutnya adalah pemupukan. Adapun jenis pupuk yang digunakan antara lain Urea, SP-36, KCl dan dolomit dengan dosis masing-masing 100 gram, 100 gram, 100 gram dan 50 gram per tanaman. Urea, KCl dan SP-36 diberikan secara bersama-sama pada radius 1 meter dari tanaman pokok, kemudian ditutup agar pupuk tidak menguap.




KESIMPULAN
Praktikum pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) karet  yang dimulai dengan pengendalian gulma, dan pemupukan membutuhkan waktu 0,71 jam dengan 5 pekerja, sehingga HOK yang didapat adalah 0,51. Pemeliharaan tanaman menghasilkan karet yang baik terutama pengendalian gulma dan pemupukan akan menghasilkan tanaman menghasilkan karet yang berproduktifitas tinggi dan lateks yang keluar tidak terkotori oleh kotoran dari gulma.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.incraf.org (Rabu, 25 Desember 2013)
http://4m3one.wordpress.com/2010/12/21/pemeliharaan-tanaman-karet-hevea-brassiliensis-muell-arg/ (Rabu, 25 Desember 2013)
Http:// Litbangdeptan.com (Rabu, 25 Desember 2013)
Http://pustaka-deptan.go.id, 2010. Budidaya Tanaman Karet (Rabu, 25 Desember 2013)

Pemeliharaan TBM Karet

LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KARET


Disusun Oleh :
Kelompok B1-1

 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100





TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea braziliensis Muell. Arg.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya            (Santosa, 2007).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas       (Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).

















LATAR BELAKANG
Pemeliharaan tanaman karet pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) ditunjukkan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga masa produktif karet tidak menjadi lebih lama. Pada umumnya masa TBM tanaman karet mencapai lima tahun dan periode ini merupakan masa yang cukup kritis untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman karet yang baik.
Pemeliharaan tanaman karet TBM ini difokuskan pada tanamannya selain juga terhadap kondisi lahan agar lahan dapat terus mendukung pertumbuhan tanaman karet. Kegiatan pemeliharaan TBM karet meliputi pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan pembentukan bidang sadap.
Pemupukan dan pengendalian gulma merupakan dua kegiatan pemeliharaan yang sangat dominan pada pertanaman karet yang belum menghasilkan. Pengendalian gulma sebelum pemupukan bertujuan agar pupuk yang diberikan sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman karet. Pengendalian gulma dapat dilakukan beberapa hari sebelum atau sesaat sebelum pemupukan.
Salah satu kriteria pemeliharaan yang baik pada tanaman karet dapat dilihat dari perkembangan lilit batang tanaman karet. Rata-rata tanaman karet akan bertambah lilit batangnya sekitar 9 cm pertahun, sehingga pada tahun kelima tanaman sudah memiliki lilit batang >45 cm.
TUJUAN
Kegiatan praktikum bertujuan agar mahasiswa dapat :
1.    Menentukan matang sadap pada TBM karet
2.    Melaksanakan pekerjaan pengendalian gulma dan pemupukan TBM karet
3.    Menentukan kebutuhan jumlah tenaga kerja dan waktu kerja pada pemeliharaan TBM karet.
BAHAN, ALAT, DAN METODE PELAKSANAAN
a.    Tempat dan waktu
Tempat : Kebun percobaan Cikabayan IPB Dramaga, Bogor
Hari    : tanggal 10 Desember 13
b.    Alat dan bahan
Alat yang digunakan : cangkul, sabit, dan koret.
Bahan yang digunakan :
1.    Tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM 2)
2.    Pupuk :
•    Urea : 100 gr/tanaman x 6 tanaman = 600gr/ 6 tanaman
•    SP-36 : 100 gr/tanaman x 6 tanaman = 600 gr/6tanaman
•    KCl : 100 gr/tanaman x 6 tanaman = 600 gr/6tanaman
•    Dolomit : 50 gr/tanaman x 6 tanaman = 300 gr/6tanaman
c.    Metode pelaksanaan
•    Gulma yang ada pada jalur tanaman (radius 1 m dari tanaman) dibersihkan dengan menggunakan cangkul, sabit, dan kored. Seluruh permukaan tanah di daerah pemupukan ini harus dibersihkan dari gulma.
•    Pemupukan dilakukan dengan cara membuat alur pupuk sekitar jari-jari 1 m dari batang tanaman karet pada tanah yang telah dibersihkan sebelumnya.
•    Setelah pupuk tersebar merata, lakukanlah penutupan alur pupuk dengan tanah.
•    Bersihkan batang tanaman dari tunas (bakal percabangan) atau tumbuhkan hanya satu tunas (batang) hingga ketinggian 2,5 m-3 m.
•    Menentukan matang sadap dengan cara mengukur lilit batang karet dengan ketinggian 130 cm, dan apabila lilit batang karet tersebut lebih dari samadengan 45 cm, tanaman karet tersebut sudah dapat disadap.

















HASIL DAN PEMBAHASAN
a.    Hasil
Hasil yang diperolehpada praktikum pemeliharaan TBM karet adalah : Hasil kerja yang dilakukan oleh kelompok B1-1 untuk pemeliharaan 6 tanaman belum menghasilkan (TBM) karet adalah selama 83 menit atau 1,38 jam. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 1,38 jam x 3 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0.59 HOK. Populasi karet  dalam 1 hektar sekitar 550 tanaman. Perhitungan HOK untuk luasan 1 hektar tanaman kelapa  adalah (550 / 3) x 0.59 HOK = 108,16 HOK. ( 3 orang karena satu orang sakit dan satu orang mengantar ke poliklinik untuk berobat)

b.    Pembahasan
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pemeliharaan terhadap tanaman karet  yang belum menghasilkan yaitu melakukan pengendalian gulma, pemupukan pada 6 tanaman karet TBM dan menentukan matang sadap pada TBM karet. Dalam pengendalian gulma, lahan karet dibersihkan dari gulma dengan kondisi Wo dan membersihkan lahan secara strip weeding yaitu lahan disekitar tanaman karet dibersihkan hingga bersih hingga menyambung dengan lahan pembersihan tanaman karet lain. Pengendalian gulma dilakukan dengan luas jari-jari 1,5 meter dari batang tanaman.


Setelah melakukan pengendalian gulma, kegiatan berikutnya adalah pemupukan. Adapun jenis pupuk yang digunakan antara lain Urea, SP-36, KCl dan dolomit dengan dosis masing-masing 100 gram, 100 gram, 100 gram dan 50 gram per tanaman. Urea, KCl dan SP-36 diberikan secara bersama-sama pada radius 1 meter dari tanaman pokok, kemudian ditutup agar pupuk tidak menguap.

Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya         (Santosa, 2007).
















KESIMPULAN
Praktikum pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) karet  yang dimulai dengan pengendalian gulma, pemupukan dan menentukan matang sadap  membutuhkan waktu 1,38 jam dengan 3 pekerja, sehingga HOK yang didapat adalah 0,59. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan karet yang baik terutama pengendalian gulma dan pemupukan akan menghasilkan tanaman menghasilkan kelapa yang berproduktifitas tinggi dan kriteria matang sadap ditentukan oleh panjang lilit batang yaitu ≥45cm.



DAFTAR PUSTAKA
http://semutuyet.blogspot.com/2013/04/makalah-budidaya-karet-lengkap.html (Rabu, 11 Desember 13)
http://4m3one.wordpress.com/2010/12/21/pemeliharaan-tanaman-karet-hevea-brassiliensis-muell-arg/ (Rabu, 11 Desember 13)

LAMPIRAN

Pembibitan Tanaman Karet

LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PENYULAMAN BIBIT BATANG BAWAH KARET
Disusun Oleh :
Kelompok B1-1

 Nama                NIM
 Renta R Lumbantoruan    J3T112005
 Gayus T Hutasoit         J3T112006
 Arifin Tamba          J3T112033
 Rizky Kurniawan        J3T112073
 M. Taufiq Kamil        J3T112100

TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Tinjauan Pustaka
1. Pembibitan Tanaman Karet
Karet adalah tanaman yang berasal dari negara Brazil dalam bahasa latin karet memiliki nama Havea Brasisilesnsis tetapi karet pada saat ini malahan dikuasai oleh Negara di asia tenggara yaitu Indonesia dan Malasia.
 Adapun cara penanaman tehns budidaya karet ini adalah sebagai berikut :
1. Pembibitan
 a. Persemaian Perkecambahan
 -  Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
 -  Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
 -  Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
 -  Benih direndam  selama 3-6 jam.
 -  Kemudian Benih di semaikan di bedengan.
 -  Jarak tanam benih 1-2 cm.
 -  Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hari setelah tanam
    dan selanjutnya  dipindahkan ke tempat persemaian bibit.


 b. Persemaian Bibit
 -  Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
 -  Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
 -  Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat, dan 20x20x60
     untuk okulasi hijau.
 -  Penyiraman dilakukan secara teratur
 -  Pemupukan  PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8 gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl
     perpohon LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit
     disiramkan 1-2 minggu sekali
 2. Pembuatan Kebun Entres
 -  Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi.
 -  Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag.
 -  Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
 -  Pemupukan : a.  PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
       b. Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon
       c. Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon
Latar Belakang
    Benih karet dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu illegiti, propelegitim dan legitim.Benih illegitim adalah benih yang diperoleh dari penyerbukan secara alami yang tidak diketahui kedua induknya (benih satuan).Benih propelegitim juga merupakan benih hasik penyerbukan alami,tetapi hanya induk betina saja yang diketahui sedangkan benih legitim adalah benih dari hasil persilangan yang kedua induknya diketahui dengan pasti.
`    Pada penanaman karet,benih yang telah dikecambahkan akan dipindahkan ke pembibitan untuk dijadikan sebagai batang bawah,pada praktikum ini tidak dilakukan persemaian langsung tetapi memungut bibit karet hasil persilangan alami yang berkecambah di sekitar tanaman karet.Benih yang telah berkecambah tersebut dinamakan “kongkok”

Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
    1.Melaksanakan pekerjaan pembibitan batang bawah karet.
    2.Menghitung kebutuhan lahan untuk pembibitan.
    3.menentukan kebutuhan waktu dan HOK untuk pembibitan batang bawah




Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah:
    Bibit karet yang sehat serta perakaran yang lurus
    Cangkul
    Kored
    Rafia
    Meteran
    Ajir
Metode pelaksanaan:
    Setiap kelompok mendapatkan 24 bibit kongkoak
    Buatlah bedengan untuk pembibitan karet,lakukan penggemburan tanah dan bersihkan dari gulma
    Lakukan pengajiran dengan jarak tanam 60 cm x 40cm x 40cm atau jarak pagarganda. Perhatikan : 60 cm adalah jarak tanam antar kelompok,Setiap kelompok menanam dalam 2 barisan berjarak 40 cm antar barisan dan 40 cm antar barisan
    Bibit karet ditanam pada barisan yang telah disiapkan.Sebelum penanaman potong sebagian bibit tersebut,perakaran dapat di potong supaya rata dan memudahkan dalam penanaman





PEMBAHASAN DAN HASIL
    Pembahasan
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah menyulam bibit karet yang ditanam oleh S1 untuk batang bagian bawah. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan penyulaman atas tanaman karet yang mati, pengendalian gulma, penyiraman dan perbaikan bedengan. Dalam penyulaman tanaman karet yang mati, bibit karet yang  baru, diambil dari biji yang jatuh ke tanah dan hidup. Pemilihan bibit bawah karet yang baik dengan panjang 30cm – 40 cm, dan akar yang tumbuh lurus kebawah, tidak bengkok. Karena praktikum ini adalah penyulaman bibit karet, maka lahan yang ditumbuhi oleh gulma disiangi menggunakan cangkul, dan lahan diperbaiki seperti semula agar air bisa terdrainase dengan baik dan mengurangi gangguan hama. Penyiraman dilakukan agar tanah dan akar melekat menjadi satu supaya tanaman tidak roboh apabila terkena angin.
Biji untuk batang bawah berasal dari kebun monoklonal yang memiliki luasan minimal 10 ha dan dari klon anjuran. Hal ini dikarenakan penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga sehingga induk betina dapat diketahui dengan pasti sedangkan induk jantan tidak diketahui pasti. Maka luasan sumber benih ditentukan dan dari kebun monoklonal, dengan harapan penyerbukan bunga yang dibantu oleh serangga berasal dari serbuk sari yang sama dengan induk betina.
Berdasarkan lokakarya pemuliaan tanaman pada tahun 2009 menghasilkan rekomendasi klon untuk batang bawah yaitu; AVROS 2037, GT1, PB 260, RRIC 100, PB 330, BPM 24. Pengadaan benih adalah tahap awal proses pertanaman dan sangat menentukan kebehasilan program penanaman. Biji yang baik memiliki ciri-ciri visual antara lain, Mengkilap , permukaan licin, bentuk normal, tidak cacat, dan bebas penyakit serta memiliki daya lenting (pantul) yangt tinggi jika dijatuhkan kelantai. Uji kesegaran dengan membelah biji (endosperm); Daging buah (endosperm) berwanrna putih dan segar, serta kotiledon masih rapat, Daging buah putih, agak kekuningan, kotiledon terbuka sedikit 1 mm. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari untuk menghindari stres di lapangan.
Untuk mencegah timbulnya serangan jamur akar putih (JAP) pada umur 2-6 bulan dapat dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP plus dengan dosis 600 kg/ha, di tabur disekitar barisan tanaman. Kemudian ditutup dengan tanah . sedangkan hama yang biasa menyerang bibit karet yaitu jangkrik, tungau dan rayap untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan insektisida seperti sevin 85S.



 

    Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum penyulaman bibit batang bawah karet : Hasil kerja yang dilakukan oleh kelompok B1-1 untuk penyulaman 9 bibit batang bawah karet, pengendalian gulma dan pembuatan bedengan  adalah 43 menit atau 0,71 jam. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 0.71 jam x 5 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0.5 HOK.
Populasi per Ha karet :  jumlah populasi∶  (luas areal (Ha))/(jarak tanam)
Jumlah populasi Pagar Berganda  = (10000 m2) / 1/2x30(40+60)
                       = 10.000 m2/ 0,65 m2   
                       = 15.384,6 Tanaman/ (Ha)

Populasi tanaman/ ha    = 10000 m2/ 3,3 x 6 m2
                = 505 tanaman/ Ha

KESIMPULAN
Praktikum penyulaman batang bawah karet dimulai dengan pencarian tanaman karet yang masih kecil, pembersihan gulma, perbaikan bedengan dan penyiraman batang bawah hingga membutuhkan waktu 0,71 jam dengan 5 pekerja, sehingga HOK yang didapat adalah 0,5.






DAFTAR PUSTAKA
http://www.bibitkaretbersertifikat.web.id/Literatur+Karet
http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpmedan/berita-208-standar-mutu-bahan-tanam-karet-hevea-brasiliensis-untuk--batang-atas--dan-batang-bawah.html